Lika-liku vaksin Nusantara

Mantan Menteri Kesehatan Terawan meneken Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/2646/2020 tentang Tim Penelitian Uji Klinis Vaksin Sel Dendritik SARS CoV-2.

Vaksin yang semula diberi nama “Joglosemar” (kemudian berubah menjadi Nusantara) ini dikembangkan perusahaan berbasis Amerika, Aivita Biomedical Inc, melalui PT AIVITA Biomedika Indonesia.

INDRIANTO EKO SUWARSO/ANTARA FOTO

Penyuntikan uji klinis fase pertama terhadap 28 relawan di RSUP dr Kariadi, Semarang.

Dari 28 relawan, 20 relawan mengalami keluhan ringan seperti nyeri sendi, nyeri otot, lemas, mual, demam, dan menggigil. Sementara lainnya mengalami keluhan dalam kategori grade tiga, di antaranya enam orang mengalami hipernatremia (gangguan elektrolit), dua orang mengalami peningkatan kadar nitrogen urea darah (BUN), dan tiga orang mengalami peningkatan kolesterol.

Terawan mengklaim dalam rapat kerja Komisi IX DPR, “Vaksin Covid-19 berbasis dendritik sel, yang tentunya karena sifatnya autologus, individual, tentunya sangat aman.”

Dalam rapat, BPOM meminta tim untuk melakukan penelitian pre-klinis pada hewan itu juga perlu dilakukan pendampingan oleh Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN).

Wakil Ketua Komisi IX DPR Melki Laka Lena dan sejumlah anggota komisi menjalani pengambilan sampel darah untuk proses vaksinasi.

Mantan Menko Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie dan istri disuntik vaksin Nusantara. Delapan hari sebelumnya, sampel darah keduanya sudah diambil oleh dokter.

Twitter Aburizal Bakrie

TNI AD, Kementerian Kesehatan, dan BPOM meneken kerja sama yang menyebutkan penelitian berbasis sel dendritik vaksin Nusantara dapat dilanjutkan di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta dan tidak untuk dikomersilkan. Penelitian ini juga bukan lanjutan dari uji klinis tahap II.